Sabtu, 06 Mei 2017

Bukan Menjaga Jodoh Orang lain, Aku Hanya Membantunya Menjadi Lebih Baik untuk Jodohnya

Hati adalah tempat yang paling tak bisa dibohongi sedikit pun, sekalipun kau memaksa untuk berkata bohong. Jika lisan mampu bersilat, maka hati takkan pernah bisa mampu kau bohongi semua dapat terpancar dari mata.
Teruntuk kamu yang menjadi jodohnya kelak, aku tak pernah berharap banyak bahwa dia akan menjadi jodohku, tidak usah khawatir akan kesalahannya. Sebab aku selalu mengingatkan ia tentang cara memperbaiki diri. Tidak usah khawatir akan egonya sebab aku sudah mengajarkannya cara menahan egonya, untuk tidak memaksakan setiap kehendaknya. Karna tidak semua orang bisa menerima hal tersebut, bahkan mungkin saja jodohnya sendiri.
Kamu yang menjadi jodohnya tetaplah bersabar menanti kehadirannya bersama keluarganya nanti. Bukan aku tak memiliki harapan tersebut, aku sangat berharap namun aku harus tau diri bahwa kapasitas hatiku tak sebesar harapan, dan aku juga belum siap untuk di kecewakannya lagi.
Kamu yang menjadi jodohnya nanti tetaplah bersabar dalam menghadapi segala sikap manjanya, jangan lupa ingatkan dia untuk makan. Karna dia adalah orang yang sangat sibuk, jangan lupa ingatkan dia untuk kewajiban lima waktunya, karna dia adalah orang yang lupa waktu ketika sudah berhadapan langsung dengan game, dan tak lupa kau harus menyediakan darung dan peci kesayangannya. Dan ingatkan dia untuk membaca kitab suci di setiap kamis malam. Jangan lupa ingatkan dia untuk selalu memangkas rambut hitamnya agar terlihat gagah ketika kalian bertemu nanti. Dan jangan lupa pula ingatkan dia untuk memakai parfum kesukaannya dan merapikan kemeja ketika ia hendak berangkat kerja, sebab kaulah nanti yang akan menyediakan dan mengingatkan akan semua kebiasaan tersebu. Pria manjaku saat ini yaitu dia yang (mungkin) adalah jodohmu kelak adalah pria yang paling senang diperhatikan, terlebih lagi sangat senang ketika kau manja dengannya dan memperlihatkan rasa cinta mu kepadanya. Karna hingga saat ini aku tak pernah bisa melakukan hal itu, aku bukanlah orang yang mudah memperlihatkan itu semua. Semoga kau yang (menjadi) jodohnya kelak bisa memberikan segalanya yang menjadi kekurangan ku saat ini. Kau tidak perlu khawatir bahwa ia tak bisa menerima segala kekuranganmu karna dia adalah pria yang menerima siapapun dengan tangan terbuka.
Kamu yang (menjadi) jodohnya kelak ingatlah pesan tersebut. Jangan sampai kau lupa sebab ia akan mengira bahwa kau sudah tak mencintainya, jangan lupa untuk memberinya candaan saat ia merasa lelah ditengah kesibukannya. Sebab dengan candaanmu dia akan menjadi nyaman saat bersama mu, jangan lupa sediakan paha mu sebagai bantal untuk ia bebaring selepas padatnya rutinitasnya. Jangan pernah kaget ketika sikap cueknya hadir, karna itu hanya akan menguji mu bahwa kau sedang lupa memanjakannya.
Sudah cukup banyak pesan ku akan kekurangan dan kelebihannya, jangan pernah lupakan sebab sekecil apapun perhatianmu kelak akan menjadi obat letih dikala ia penat dengan pekerjaannya.

Sudah cukup panjang pesanku untuk mu, semoga kalian segera di pertemukan. Hingga akhirnya senyum tak pernah lepas terpancar dari wajah ovalnya.

Rabu, 08 Februari 2017

Jarak Kita Bukan Alasanmu Untuk Mendua

Sadarkah engkau bahwa hubungan yang kita jalani tidaklah mudah, terlebih lagi dengan hubungan berjarak seperti ini. Kau yang selalu mengatakan kalimat sayang namun tanpa pembuktiaan, kau yang selalu berbuat salah namun aku yang sanggup memaafkan. Berulang kesalahan yang sama engkau lakukan, namun tak pernah kau berfikir bahwa ada hati yang sanggup memaafkan walu harus terus kau lakukan berulang-ulang. Kau tak pernah ingat ada hati yang harus kau jaga, sebagaimana kau menjaga rahasia hubungan mu bersama wanita barumu. Bukan aku tak mengetahui apa yang kau lakukan, hanya saja aku menanti untuk kejujuranmu. Namun, apa yang ku harapkan semuanya tidak berjalan sesuai dengan yang aku pikirkan, kau terlalu asik menjaga hati wanita barumu, hingga kau lupa menjaga hati yang kau duakan ini.
Kau pernah berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama namun sayangnya aku hanya, mendengar janji palsu yang selalu kau utarakan untuk mendapatkan maaf ku kembali, wahai pemberi janji bukankah kau sudah melakukan ini sebelumnya? Masih pantaskah kau menyebut ini semua dengan Hubungan setelah kau hancurkan kepercayaanku berkali-kali? Ntahlah... Mungkin kau dihadirkan tuhan hanya untuk menguji kesabaran ku, bukan untuk menjadi calon yang baik untuk masa depanku.
Wahai lelaki saat ini yang sedang tergoda olehnya, apakah kau tak berfikir seperti apa perasaan ku ketika melihatmu melakukan hal seperti ini? Hatiku bagaikan tertusuk belati, kau kembali mengorek luka yang telah aku sembuhkan sendiri. Jika aku melakukan hal yang sama apakah kau akan sanggup memaafkan aku yang penuh dengan kesalahan jika seandainya aku melakukan hal itu? Tentu saja kau akan pergi dengan segala keegoisanmu. Bertanyalah pada hatimu apakah hubungan ini masih pantas untuk kau perbaiki? Apakah aku masih pantas menerima orang yang telah melukaiku berkali-kali dengan kesalahan yang sama pula?
Kamu tidak perlu lagi menutup-nutupinya. Bukankah kini sudah jelas hubungan kita tidak lagi hanya kita jalani berdua, tapi sudah ada dia yang lainnya? Dia yang lebih dekat denganmu di sana, dia yang bisa kamu temui setiap harinya, dia yang bisa kamu peluk dan kamu belai rambutnya kapan saja. Bukan seperti aku yang berjarak ratusan kilometer darimu, hingga kau bertekad untuk tidak menemuiku. Kau yang pernah berjanji akan pulang untuk menuntaskan rindu kita, kini tlah berbalik arah. Kau menuju langkah yang salah ketika berada di pertigaan hatimu, kau memilih berjalan bersama dengan orang yang baru kau kenal. Yang dulu hanya kau sebut teman dihadapanku, dan kini kalian bukanlah menjadi teman, melainkan sepasang sejoli yang tak berkelas karena hanya bisa menghancurkan hubungan orang lain. Bukan aku menyalahkan wanitamu saat ini, namun aku menyalahkan kau yang mudah tergoda dengan orang baru yang hanya merusak apa yang telah kita bangun selama ini.

Tenang saja aku masih punya tuhan yang bisa menyembuhkan lukaku, bukan dengan orang yang hanya bisa membuat luka ini semakin parah. Aku hanya sedang menantikan karma menuju hubungan kalian.

Minggu, 20 November 2016

Kau Jadikan Aku Pelarian, Agar Kau Bisa Berdamai Dengan Masa Lalu Mu

Aku memang tak pernah menyadari akan hal ini ketika aku menjatuhkan hati ini padamu, sebab ini jauh lebih sakit dari patah hati. Saat dimana kau tidak bisa menghargai keberadaan ku sebagai orang baru setelah masa lalu pergi dengan kenanganmu dulu. Mungkin karna kau belum terbiasa dengan ku atau kau yang masih berharap pada masa lalu mu, hanya ini selalu yang ada dalam pikirku selama kita menjalin hubungan yang selalu kau penuhi dengan kebohongan, entah karna kau tak memiliki rasa atau karna aku yang terlalu jauh ketika berharap, hingga aku tak paham ketika balasan mu seperti ini.

Mungkin paras ku memang tak secantik masa lalu mu, Ucapanku tak sesuci dia yang hadir lebih dulu dari aku. Tapi, aku juga punya kelebihan yang tak perlu kau bandingkan dengan masa lalu mu. Aku tau kau hanya masih terbiasa dengan masa lalumu, hingga setahun hubungan ini berjalan kau tak pernah henti melibatkan masa lalumu dalam hubungan ini. Sungguh kuat bukan cinta yang kupunya hingga aku masih bisa berdiri setegar ini dihadapanmu bukan untuk meminta mu melepaskan dia sebagai masa lalu mu, hanya saja aku sedang memperlihatkan kelebihan yang aku punya.
#untukmatamu
Aku tau wanita hanya  pandai menyembunyikan luka dan selalu ingin menyimpan rasa sepinya sendiri. Sebab ketika aku melibatkan mu bukan hal yang sama yang aku dapatkan darimu, namun rasa sakit yang teramat dalam karna perlakuan halusmu ini. Dulu aku selalu menjadi bintang ketika malam mu redup karna awan hitam, namun kau tetap mengilangkan cahayaku dengan awan hitam mu, aku memang selalu kalah ketika kau membandingkan aku orang yang berharap kelak akan menjadi masa depanmu, dengan dia yang pernah menjadi masa lalu mu. Bahkan sampai saat ini pun aku menjadi terbiasa ketika haru menerima perlakuan manis itu darimu.

Sayang, lihatlah aku yang terus berjuang untukmu, lihatlah aku yang tak pernah mengeluh akan sikapmu, lihatlah aku sebagai orang yang juga ada dalam cerita mu, bukan bagian dari pelarianmu hanya untuk mendapatkan simpatik dari masa lalumu, hingga kau terlihat baik dihadapan dia. Perjuangkanlah orang sedang memperjuangkan mu ini. Ingatlah janji yang selalu kau berikan padaku, walau aku tahu bahwa aku hanya sedang menggengam kaktus yang tajam dengan duri di sekelilingnya, semakin berdarah ketika aku menggenggam erat, dan semakin mereda ketika aku melepas genggamanku.

Terima kasih untuk waktu, luka, dan harapan yang telah kau janjikan, jika waktunya tiba aku akan mengikhlaskan segala perbuatan yang tidak baik ini yaitu dengan melepaskanmu dan membebaskan mu dari jeruji yang menutup jalanmu untuk kembali kepada masa lalumu. Mungkin itulah yang pantas aku berikan ketika perlakuan ini yang selalu ku terima. Karna ketika aku berjalan sendiri semua luka yang aku terima akan tersembuhkan dengan sendirinya.

Jumat, 07 Oktober 2016

Sebab Aku Hanyalah Luka Yang Tak Berwujud

Malam itu kita kembali hadir dalam cerita yang sama, cerita yang tiada hentinya aku beritakan pada duniaku yaitu tetap tentang kamu. Sosok pria yang baik, dan hadir dalam hidupku setelah ayah ku. Kita memang jarang bertegur sapa ataupun bertatap wajah namun aku tak pernah lupa seperti apa wajah mu, dari awal kita bertemu hingga sekarang kita yang hampir jarang bertegur sapa. Wahai pria yang dulu selalu menghabiskan waktunya untuk ku, apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat yaa, baik hati maupun raganya. Kapan punya waktu untuk aku? Wanita yang selalu menyelipkan doanya untukmu? gadis yang selalu menceritakan mu kepada Tuhannya?
Aku hanyalah gadis mungil yang selalu menceritakan mu pada duniaku, terlebih lagi pada Penciptaku. Sudah lelah rasanya aku menceritakan mu kepada mereka bahkan mereka hampir muak ketika yang aku ceritakan hanyalah tentang kau saja. Sudah banyak sahabat dan teman menasehatiku untuk segera menjauhi mu, pria baik yang sedang menghabiskan waktunya untuk meniti masa depan yang indah entah dengan siapa pun nanti, pria baik yang selalu menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya mu, dan pria baik yang sedang mencari wanita baik untuk menjadi bidadari surganya kelak.
Aku masih ingat jelas pertama kali kau menginginkan ku untuk menjadi pilihan hatimu, entah itu karna suatu kebetulan atau karna kekosongan harimu. Dulu kau banyak menghabiskan waktu bersama ku, semua berjalan begitu menyenangkan hingga aku lupa jika suatu saat nanti bahagia ini tergantikan dengan luka apa aku bisa tetap berdiri tegar dihadapan mu? Ntahlah aku hampir lupa untuk memikirkan jawaban tersebut, pertanyaan yang selalu muncul ketika aku hendak terlelap dimalam hari.
Kali ini pertanyaan itu hadir, kau menghadirkan luka itu menggantikan bahagia yang pernah kau beri. Namun, aku masih tetap ikhlas memaafkan, begitu terus hingga berulang kali dan tanpa sadar kau berjanji untuk tidak mengulanginya kembali, dengan ikhlas aku masih tetap memaafkan mu, mencoba mengobati luka yang kau beri dengan cara ku sendiri. Hingga aku bertanya sebenarnya siapa aku dihidupmu? Adakah posisiku di hatimu? Mengapa selalu berulang kau beri luka yang sama? Kasih jika aku hanya menjadi orang yang kau cari ketika kau sepi, haruskah luka ini kau lakukan secara berulang-ulang? Aku memang tak pernah memperlihatkan lukaku sepenuhnya kepada mu, tapi sadarkah kau aku adalah luka yang tak berdarah, tak memiliki wujud untuk kau sembuhkan. Karna aku sadar takkan mungkin kau sanggup untuk menyembuhkan luka ini. Kasih sadarlah kelak akan ada waktunya kau merasakan apa yang aku rasakan, bukan percaya karma tapi inilah hidup apa yang kau tuai saat ini akan kau peroleh suatu saat nanti. Namun, tenanglah bukan maksudku untuk berbalas dendam, cukuplah hanya perasaanku yang tak pernah terbalaskan bukan yang lain.
Kasih kurasa inilah akhir dari perjuangan ku, kelak wanita yang kau impikan akan hadir dengan sejuta kebahagiaan untukmu. Maafkan aku yang tak pernah bisa untuk mewujudkan kebahagiaan mu.

Salam gadis mungil sebagai perindu sejatimu...

Jumat, 16 September 2016

Sebab Do’a Juga Bagian Dari Rindu Yang Belum Sempat Tertuntaskan Dengan Pertemuan

Selamat malam rindu, aku tak pernah jenuh menceritakan tentangmu pada mereka terlebih lagi pada dunia ku dan semesta yang segera tersenyum ketika mendengar cerita mu, cerita ku begitupun cerita kita. Rindu bertemanlah dengan baik bersama ku, kala dia yang kuceritakan pada mu tak kunjung hadir dihadapanku. Mungkin karna waktu yang belum menepati janjinya pada kami yang sedang memupuk rindu hingga pertemuan menjadi sangat berarti. Rindu malam ini kau hadir mengganggu pikiran ku, pikiran yang sedang berkecamuk karna kau, yang mulai tak mampu membendung rasa ini terlebih rasaku untuknya, pria yang selalu kusebut di tengah sujud dan do’a ku.
Kini pria itu mulai kembali menggangu pikiran ku yang sempat tenang karena rindu itu tak kembali mengusik. Tapi malam ini aku kalah olehnya, aku harus berkata jujur bahwa rinduku memang sedang butuh kamu sebagai pengobatnya. Namun waktu juga belum mengizinkan untuk kita saling meluapkan. Sebab kau yang kini sedang sibuk dengan rutinitasmu, untuk kehidupan dimasa depanmu harus terus berjuang, sedang aku yang hanya bisa menahan rindu dan harus kembali berdamai untuk menjaga agar rindu ini tak mengacaukan suasana hati.
Sering aku bertanya kepada mu kapan waktu akan mengizinkan kita bertemu? Berbagi tawa, cerita, terlebih meluapkan rasa rindu yang amat terdalam ini. Namun kau menjawab, tenanglah kita pasti bisa berdamai dengan rindu. Aku kini sedang berusaha untuk mengejar waktu yang akan segera mempertemukan kita.
Malam itu seperti biasa kita bercerita tentang keseharian mu yang sibuk dan lelah dengan rutinitasmu yang tiada henti, mungkin ini yang disebut dengan rindu. Sebab wajahmu yang terlihat didepan ponselku sangat menyejukkan, kau yang sedang tidak lebih baik menampangkan senyum terbaikmu. Aku rindu.... rindu senyum itu, senyum yang dulu selalu kau perlihatkan agar tangisku terhenti di ujung malam itu. Tak ingin ku akhiri kegiatan kita malam itu, tapi apa daya kita hanya bisa bertegur sapa melalui ponsel kita masingmasing, tidak dengan uluran tangan yang pernah kau berikan untukku dulu, tidak pula dengan bahu ynag menjadi tempat ku bersandar dulu.
Semoga apa yang telah menjadi komitmen kita tetap kau jaga utuh, seperti awal kita memutuskan untuk menjalani hubungan yang dipenuhi dengan rindu ini. Dan tenanglah rindu ini tetap untukmu kekasih dalam do’aku.

Kamis, 08 September 2016

Cinta Yang Hadir Sebelum Waktunya

Malam itu sangat dingin, udara malam menusuk hingga ke tulang rusuk. Aku masih berjalan dengan kaki yang kokoh melawan semua angin yang mulai menggangu. Aku masih menantimu dan berharap engkau akan menemui ku malam ini, namun ingin ku salah. Aku hanyalah seorang pengagum mu bukanlah orang yang kau inginkan untuk hadir dalam hidupmu.
Kau adalah sosok pria yang pernah aku temukan dalam wujud yang sangat menakjubkan, bukan karna kau tampan, tetapi karna sikap mu sebagai seorang lelaki patut untuk diacungi jempol. Banyak wanita yang tertarik padamu, namun tak satupun kau lirik termasuk juga diriku. Mungin karna prinsip mu atau mungkin karna tingkat ketertarikan mu pada wanita cukup tinggi. Ntahlaa akupun tak paham akan hal itu karna aku hanyalah pengagum mu bukan orang yang memiliki mu. Karna memiliki mu adalah sebuah ketidakpastian yang aku harapkan untuk menjadi sebuah kepastian yang akan kau berikan.
Menatapmu dari kejauhan adalah rutinitas ku, menjadi stalker dalam mediasocial mu adalah aku yang utama. Dan orang pertama yang selalu ngelove postingan instagram mu. Mungkin aku terlalu bodoh untuk ini semua, apalgi setelah aku tahu bahwa kau tidak memiliki ketertarikan padaku, kau tau rasanya tertusuk duri dalam mulut? Lebih dari itulah yang aku rasakan. Harusnya aku tidak berharap terlalu jauh untuk hal ini, karna saat ini kau telah milik orang lain. Sebagai pengagum mu tak salah jika aku hanya diperbolehkan untuk memperhatikan mu dari kejauahan dan hanya mengintip setiap kegiatan mu melalui akun socialmedia mu.
Harusnya perasaan ini tak boleh hadir untukmu, karna hanya aku yang memilikinya tidak dengan perasaan mu. Aku benci caraku yang harus diamdiam memiliki rasa untuk mu karna pada kenyataannya aku adalah orang yang paling mengetahui setiap kegiatan mu, tetapi tidak ikut hadir dalam setiap kegiatanmu. Dan aku jugalah orang yang paling paham akan jadwal mu, tetapi aku tidak termasuk didalam jadwal keseharianmu.
Katakan pada wanita mu tidak perlu takut aku akan merebutmu dari genggamannya, sebab genggaman tanganya lebih erat untuk mu dari pada aku yang hanya berani menatap mu dari jauh dan mencintai mu melalui diam ku. Karna perlahan perasaan ini harus ku hilangkan, sebab aku bukanlah orang yang tepat ketika menghadirkan perasaan ini untukmu dan sudah tidak sewajarnya perasaan ini hadir. Karna belum tentu aku akan mendapatkan hal yang sama atas apa yang telah aku perjuangkan.  

Kamis, 04 Agustus 2016

Kita Hanya Untuk Saling Mengenal bukan Saling Memiliki

Mataku belum mampu untuk terpejam, aroma tubuh mu masih lembut terhirup. Pertemuan tak sengaja ini tak pernah aku bayangkan akan hadir dengan sesingkat ini. Aku masih ingat jelas uluran tangan  mu yang ini menyapa lembut tangan ku yang segera kusambut dengan senyuman. Kau sebutkan namamu dengan nada lembut namun tetap  tegas, begitu pula ku balas pertanyaanmu. 
Tak banyak cerita pada saat itu, ntah karna kau yang malu untuk memulai atau karna kau menilai ku dalam sudut diam mu, hingga dengan mudah kau menerka kepribadiaan ku. Kau adalah lelaki yang berkepribadian baik, sopan sama dengan seperti gelar mu. Malam itu ponselku berdering kau bercerita tentang kepribadiaan mu, begitu sebaliknya dengan ku. Tak banyak komunikasi kita, namun setiap komunikasi yang kau beri merupakan bagian dari pengharapan agar aku bisa menganggapmu lebih dari sekedar pekenalan. Aku tak mengerti mengapa kau memberi harapan ini jika akhirnya kau hanya untuk mengenalkan ku hanya pada kepribadianmu bukan dengan hubungan yang pernah kau janjikan.
Sebagai perempuan sudah tidak seharusnya aku menganggap bahwa perkenalan singkat ini sebagai harapan yang akan membuat ku merasa bahwa kau menginginkan ku. Ternyata kau hadir hanya untuk mengajarkan ku bahwa tak baik jika aku berharap kepada seseorang yang hadir hanya untuk memberi harapan bukan kebahagian, aku tak ingin orang mengenalmu karna kepalsuan. Aku juga tak ingin dianggap sebagai perempuan yang mudah percaya dengan apa yang kau janjikan, yang terlihat murah dihadapan orang lain. Cukup menyakitkan jika ada yang berkata seperti itu terhadapku. Hingga kini aku pun tak paham kau yang hadir dengan segala kepalsuan atau aku yang mudah simpatik terhadapmu. 
Sebab kebahagian yang kau janjikan hanya sementara, bukan dengan pembuktian dari segala ucapanmu. Aku juga tak ingin terhanyut lebih dalam dengan janji mu yang hanya menimbulakn luka bagi wanita sepertiku, wanita yang menyesali bahwa tak seharusnya perkenalan ini hanya untuk sekedar memberi luka bukan berakhir dengan seperti apa yang aku harapkan.